Ibu yang Hebat
Pahlawan Keluarga
Berdiri sejak tahun 1996, warung kelontong Bu Nani berkembang pesat hingga saat ini. Bermodalkan uang Rp 300.000 ia dapat membelanjakan uang tersebut untuk kebutuhan sembako sampai memenuhi mobilnya. Pada awalnya Bu Nani mencoba bidang lain untuk berwirausaha seperti membuka salon di rumahnya, membuka pesanan kue kering, pesanan hiasan parcel pernikahan, serta menjual pakaian sehari-hari. Sekarang ia sudah mendapat chemistry dengan bidang usaha yang ia jalani ini.
Tahun-tahun pertama ia memulai usahanya tidak ada pesaing di lingkungan rumahnya, namun lama kelamaan timbul banyak warung kelontong yang sejenis. Pada tahun 2002 suami Bu Nani mengalami kecelakaan mobil, hal ini kemudian berpengaruh dengan kondisi warung kelontong yang dikelolanya. Ia mengalami kebangkrutan selama 3 tahun. Dengan sikap kerja keras dan sikap yang tidak pantang menyerah akhirnya Bu Nani kembali ke puncak kejayaan.
Bu Nani kembali melanjutkan usahanya dengan modal uang hasil pesangon dari pekerjaan suaminya sebesar Rp 2.500.000. Setelah terpuruk selama 3 tahun kini Bu Nani telah mengalami kejayaan selama delapan tahun. Warung kelontongnya pun kini sudah berkembang dengan tambahan warung sayuran. Warung sayuran Bu Nani cukup laris. Hal ini dikarenakan sayuran, ikan, ataupun daging yang dijualnya selalu segar setiap hari. Sayur mayur ataupun ikan dan daging yang hari itu tidak habis untuk dijual biasanya hari ini ia olah udah menjadi lauk matang. Lauk matang ini nantinya ia jual kembali kepada pembeli di warungnya.
Respon dari konsumen juga cukup baik, mungkin karena masakan bu Nani juga enak dengan bumbu yang pas. Setiap hari Bu Nani membeli barang dagangannya seperti beras, telur, dan sayur mayur. Ia membelanjakan barang dagangan hingga Rp 3.000.000 per harinya. Waw, besar juga ya…Dari usahanya ini ia dapat menyekolahkan lima orang anak dan tiga anak dari lima anaknya tersebut berhasil mencapai jenjang perguruan tinggi.
Duka yang ia rasakan adalah hujan-hujannan setiap malam, harus bangun malam untuk pergi ke pasar membeli sayuran di dini hari, harus mengalahkan rasa mengantuk, dan harus menepis rasa dingin di permukaan kulit. Suka yang ia rasakan adalah apabila dagangannya laku habis terjual, rasanya semua perjuangan di dini hari tidak sia-sia.
Setelah berusaha jatuh bangun dan telah merasakan kejayaan. Kini ia tengah menikmati hasil jerih payahnya. Warung kelontong dan sayurnya sudah terkenal di lingkungan tempat tinggalnya, dan juga sudah banyak pembeli yang menjadi konsumen setia di warungnya. Kepada saya ia pun berpesan bahwa jangan takut untuk memulai usaha dan jangan pernah putus asa jika sedang mengalami kemunduran. Pesan ibu dari lima anak ini begitu terpatri di hati saya. Satu lagi pesan dari bu Nani bahwa kita harus selalu ramah pada setiap orang, inovatif, dan selalu tersenyum dengan tulus kepada setiap pembeli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar