Selasa, 16 Februari 2010

Ludruk Surabaya

Tugas Softskil Minggu ke-2
Tema : Kebudayaan asli daerah Surabaya, Jawa Timur

Ludruk Surabaya

Salah satu kebudayaan asli dari daerah Surabaya adalah Ludruk. Ludruk adalah pementasan drama yang bersifat tradisional yang dimainkan oleh kelompok kesenian diatas panggung. Cerita dari sebuah pementasan ludruk berasal dari kehidupan masyarakat sehari-hari, cerita perjuangan, dan lain sebagainya yang disertai dengan lawakan para pemainnya. Pementasan drama ludruk juga diiringi dengan iringan musik gamelan.
Dialog yang digunakan dalam pementasan ludruk sangan menghibur sehingga membuat para penontonnya tertawa. Dialog yang digunakan dalam pementasan ludruk menggunakan bahasa khas dari Surabaya. Bahasa yang sederhana para pemain ludruk membuat mudah dimengerti para penontonnya.

Tari Remo (Ngremo)

Pementasan drama ludruk Surabaya dimulai dengan tarian adat yang dikenal dengan nama tari Remo. Tari Remo atau Ngremo terkenal pada tahun 1890 bersamaan dengan didirikannya perkumpulan teater ludruk oleh seseorang yang bernama Gangsar dari Jombang.
Tari Ngremo merupakan tari tunggal yang dibawakan oleh seorang laki-laki yang berpakaian perempuan. Ciri khusus tarian ini terletak pada lemparan selendang dengan iringan gending yang melambangkan watak orang Jawa Timur yang spontan dan suka berterus terang.

Pementasan ini juga disisipkan dengan pementasan seorang tokoh yang bernama “Pak Sakera”. Tokoh ini merupakan seorang jagoan yang berasal dari daerah Madura.
Pementasan drama tradisional ludruk Surabaya berbeda dengan pementasan drama ketoprak dari Jawa Tengah. Pementasan drama ketoprak mempunyai cerita yang berbeda dengan pementasan ludruk. Jika pada pementasan ludruk Surabaya cerita diambil dari kehidupan masyarakat sehari-hari atau cerita dari kehidupan orang kecil, cerita pada sebuah pementasan drama ketoprak berasal dari kisah zaman dahulu, baik yang berupa cerita sejarah maupun cerita yang berbentuk dongeng dan bersifat menyampaikan pesan.

Arti kata “Ludruk”

Dari hasil penelitian Suripan Sadi Hutomo, menurut kamus javanansch Nederduitssch Woordenboek karya Gencke dan T Roorda tahun 1847, Ludruk dapat berarti Grappermaker atau yang dapat diartikan sebagai badutan. Namun ada sumber lain yang mengartikan ludruk dengan penari wanita dan badhut yang dapat berarti pelawak yang terdapat pada karya WJS Poerwadarminta, Bpe Sastra tahun 1930.
Sedangkan menurut S.Wojowasito pada tahun 1984 kata badhut sudah dikenal oleh masyarakat jawa timur sejak tahun 760 masehi di masa kerajaan Kanyuruhan Malan dengan rajanya Gjayana, seorang seniman tari yang meninggalkan kenangan berupa candi Badhut.

Sejarah terbentuknya “Ludruk”

Kesenian drama tradisional ludruk Surabaya mulai terbentuk dari sebuah kesenian ngamen di jalanan. Kesenian ngamen ini berisi syair-syair dan pikulan music sederhana. Seseorang yang memulai terbentuknya kesenian ludruk ini bernama pak Santik. Pak Santik berteman dengan pak Pono dan pak Amir. Mereka mengamen berkeliling dari desa satu ke desa yang lainnya.
Pak Pono menggunakan pakaian wanita dan wajahnya dihiasi dengan coret coretan sehingga terlihat lucu. Pada saat itulah penunton mengucapkan kata “Wong Lorek”, karena variasi dalam menggunakan bahasa jawa akhirnya kata “Lorek” lambat laun berubah menjadi kata “Lerok”.

Referensi :

1. Agustiawati, Hetty, dkk, Seni Budaya dan Keterampilan, CV Bina Pustaka, Bogor, 2006.
2. http://www.wikipedia.org/wiki/Ludruk
3. http://www.unit.itb.ac.id/~loedroek/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar